Yaki (Macaca nigra) atau monyet hitam sulawesi merupakan satwa endemik Indonesia. Hewan ini memiliki beberapa nama panggilan lainnya seperti monyet hitam dan Celebes Crested Macaque. Monyet ini tak jarang cukup sulit dibedakan dengan macaca Gorontalo (Macaca nigrescens) karena keduanya memiliki warna tubuh hitam. Terkadang mereka juga dikira kera karena ekornya yang pendek.
Gambar 1 Monyet Hitam Sulawesi
Lalu, satwa seperti apa sih yaki itu? Yuk kita cari tahu lebih lanjut tentang yaki!
Ciri-ciri Monyet Hitam Sulawesi
Gambar 2 Macaca nigra
© Silvia Heider from Pexels
Yaki merupakan hewan diurnal (aktif di siang hari). Mereka memiliki badan yang besar dan berwarna hitam, wajahnya berwarna hitam dan tertutup oleh rambut, rambutnya membentuk jambul ke arah belakang dan ke atas. Yaki jantan memiliki panjang sekitar 520 – 570 mm dengan berat rata-rata 9,9 kg sedangkan yang betina memiliki panjang 445 – 570 mm dengan berat rata-rata 5,5 kg. Tak jarang, monyet ini dikira kera karena ekornya yang pendek sekitar 20 mm.
Hewan ini merupakan poligini, setiap individunya (jantan dan betina) dapat memiliki banyak pasangan dalam satu waktu. Yaki betina memiliki panjang siklus menstruasi kurang lebih 32 hari dan dapat melahirkan 1 anak setiap 18 bulan dengan rata-rata masa kehamilan selama 5,5 bulan. Puncak kelahiran monyet hitam sulawesi di antara bulan Januari dan Mei.
Yaki menghabiskan 60% waktunya di atas tanah, khususnya saat cuaca ekstrem yang kemungkinan sebagai bentuk adaptasi terhadap panas. Hewan ini menghabiskan 59% waktunya untuk mencari makan, melakukan pembibitan, dan bergerak. Pada pagi hari, mereka bersosialisasi, istirahat pada siang hari, dan tidur di atas pohon.
Gambar 3 Yaki sedang duduk
Dalam satu kelompok monyet hitam sulawesi (jantan dan betina) dapat berjumlah 60 sampai 80 individu dan dapat bertambah hingga 100 individu. Lama hidup hewan endemik ini dapat mencapai 34 tahun di penangkaran dan 18 tahun di alam liar.
Habitat dan Persebaran Monyet Hitam Sulawesi
Habitat
Habitat utama monyet hitam sulawesi yaitu di dataran rendah dan tinggi hutan hujan tropis dengan ketinggian berkisar antara 200 – 1200 mdpl. Selain itu, mereka juga dapat hidup di hutan primer dataran rendah dan pegunungan, hutan sekunder dan bekas tebangan, padang rumput dan lahan budidaya yang dikelilingi oleh hutan. Yaki merupakan hewan terestrial, dalam sehari dapat melakukan perjalanan rata-rata sejauh 2,4 km. Walaupun waktu dan jarak tempuh yang dilakukan per hari dapat berubah di hutan primer di mana buah melimpah sehingga tidak perlu melakukan perjalanan jauh.
Persebaran
Keberadaan monyet hitam sulawesi terbatas di daerah Sulawesi bagian utara dan pulau-pulau terdekat yaitu Pulau Manado Tua dan Pulau Talise. Di Sulawesi, persebaran yaki juga ditemukan di dekat Sungai Ongkag Dumoga dan Gunung Padang hingga ke ujung semenanjung (Groves, 2001). Selain itu, terdapat introduced population (populasi spesies yang diperkenalkan oleh manusia di luar kisaran distribusi alami asli spesies tersebut) setidaknya sekitar 100.000 individu yang tinggal di Pulau Bacan, Kepulauan Maluku.
Makanan
Sebagian besar yaki merupakan frugivora atau hewan pemakan buah. Sekitar 66% makanan yaki berupa buah-buahan. Namun, ketika buah-buahan mulai langka, mereka akan memakan serangga, daun muda, pucuk daun, dan batang dari tanaman berbunga. Selain itu, mereka juga memiliki makanan yang beragam seperti invertebrata dan vertebrata kecil (kelelawar, katak, kadal, dan ular). Terkadang, yaki juga memasuki lahan perkebunan dan pertanian untuk memakan kelapa, jagung, gula aren, dan tanaman lainnya.
Status Perlindungan
Yaki atau monyet hitam sulawesi masuk ke dalam daftar Red List IUCN dengan status Critically Endangered atau kritis yang dapat terjadi kepunahan dalam waktu dekat dengan tren populasi yang terus menurun. Dalam 3 generasi terakhir (kurang lebih 33 tahun) diperkirakan populasi yaki berkurang hingga >80% akibat dari perburuan liar, tekanan, dan kehilangan habitat. Satwa ini juga masuk ke dalam apendiks II CITES yang berarti keberadaannya sekarang belum tentu terancam kepunahannya tetapi akan terancam punah apabila perdagangan tidak dikontrol dengan ketat.
Di indonesia, satwa ini merupakan satwa dilindungi yang tertuang dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. Yaki merupakan satwa paling terancam dari 7 spesies endemik di Pulau Sulawesi.
Ancaman yang Ada
Pada umumnya, monyet hutan sulawesi tidak memiliki predator. Namun, populasinya semakin berkurang akibat diburu oleh manusia. Adanya permintaan konsumsi daging yaki di Sulawesi Utara untuk disajikan pada perayaan khusus, termasuk acara besar dan acara keagamaan, membuatnya seringkali diburu oleh manusia.
Selain itu, kehilangan habitat akibat industri pertanian, ladang berpindah, pertambangan, dan kebakaran hutan juga merupakan ancaman bagi keberadaan yaki. Beberapa bahkan ditangkap untuk perdagangan hewan peliharaan. Masa depan banyak spesies primata bergantung pada kemampuan mereka dalam menghadapi ancaman-ancaman ini dan adaptasi pada kondisi yang berubah. Menjadikan yaki, yang mana merupakan hewan liar, sebagai hewan peliharaan dapat meningkatkan risiko penularan penyakit dari hewan ke manusia (anthropozoonosis).
Upaya Konservasi
Melakukan perlindungan pada populasi yang ada merupakan kunci untuk kelangsungan hidup monyet hitam sulawesi. Hal tersebut terjadi pada beberapa kawasan lindung seperti Gunung Lokon, Gunung Ambang, Manembo-Nembo, Tangkoko Batuangus, Dua Saudara, Manado Tua di Taman Nasional Bunaken. Di Tangkoko, populasi monyet hutan sulawesi relatif stabil karena terdapat ekoturisme yang terkenal.
Selain itu, upaya berupa program pendidikan tentang konservasi dan habitat yaki, potensi risiko kesehatan akibat mengonsumsi daging monyet hitam sulawesi, dan inisiatif mata pencaharian alternatif melalui ekoturisme dan atau melalui agroforestri perlu dilakukan.
(Penulis): Almadinah Putri Brilian
(Editor): Yoel Katona Raditya
LindungiHutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dari bahaya abrasi yang dapat merugikan banyak pihak!
Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!